HERMENITIKA HIDUP
Filsafat
mempengaruhi cara berfikir seseorang. Orang yang mengerti dan mempelajari
tentang filsafat cenderung akan berfikir secara terbuka. Objek filsafat ada
dua, yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Sesuatu yang mungkin ada ini akan
dijadikan menjadi ada dengan berfilsafat. Berfilsafat itu sendiri meliputi di
dalam pikiran dan di luar pikiran. Jika “benda pikiran” di dalam pikiran, tugas
kita adalah bagaimana untuk menjelaskan “benda pikiran” itu kepada orang lain.
Dan jika “benda pikiran” di luar pikiran, tugas kita adalah bagaimana untuk
memahami “benda pikiran” tersebut. Filsafat ilmu mengajarkan seseorang untuk
tidak langsung percaya dengan apa yang dikatakan oleh orang lain (mitos) dan
terjebak dalam mitos-mitos tersebut sehingga menjadikannya sebagai kebenaran
yang sesungguhnya.
Hermenitika
Hidup (Metode Hidup) dapat diartikan sebagai “diterjemahkan dan menerjemahkan”.
Untuk dapat diterjemahkan dan menerjemahkan, manusia harus bepikir terlebih
dahulu. Berpikir itu sendiri mengenai benda dalam pikiran yang terdapat pada
ruang dan waktu yang menghasilkan sesuatu itu ada dan mungkin ada. Yang
menandakan sesuatu itu ada, ketika seseorang dapat menyebutkan salah satu sifat
dari sesuatu itu. Tidak ada ruang jika tidak ada waktu, begitu pula sebaliknya.
Seseorang biasanya cenderung berpikir untuk sesuatu yang nyata ada (jelas) dan
mereka tidak bisa memikirkan sesuatu yang mereka belum ketahui. Akan tetapi,
seseorang filsuf yang sangat mencintai ilmu. Rasa penasaran mereka akan sesuatu
yang mungkin ada itu lebih besar. Sehingga mereka berpikir keras bagaimana
menemukan teori yang dapat mendukung sesuatu yang ada dalam pikirannya. Pikiran
tersebut diperoleh dari logika (pengetahuan) dan pengalaman seorang individu.
Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang akan
menjadikannya memiliki banyak pemikiran yang ingin dia pecahkan.
Dalam
hermenitika hidup, spiritual merupakan puncak dari grafik hermenitika hidup
tersebut. Spiritual tidak cukup hanya dengan menggunakan pikiran seseorang
saja. Karena sejatinya manusia tidak hanya menggunakan pikiran (berfikir) saja
dalam menyelesaikan atau mempercayai suatu hal. Di dalam diri manusia juga
terdapat kalbu (hati/perasaan). Dalam menanggapi hal spiritual yang lebih peka
adalah kalbu dan kemudian akan ditransfer ke dalam pikiran. Contohnya, ketika
kita melihat pengemis di jalan. Logika kita menolak untuk membantunya karena
itu mendidik pengemis tersebut menjadi pemalas. Tapi jika pengemis itu adalah
seorang nenek yang sudah renta maka perasaan kita akan mendominasi dan menyuruh
kita untuk membantunya. Ketika seseorang sudah menggunakan perasaan, sebenarnya
dia mengetahui bahwa seseorang harus saling membantu. Dan saling membantu
membantu orang lain diajarkan oleh semua agama.
Sehebat-hebatnya
seseorang menulis, orang tersebut tidak bisa menulis semua yang dibicarakannya.
Sehebat-hebatnya seseorang dapat berbicara dengan baik, orang tersebut tidak
dapat mengutarakan semua yang ada dipikirannya karena omongan bersifat
terbatas. Dan sehebat-hebatnya pikiran yang dimiliki oleh seseorang, orang
tersebut tidak bisa mengetahui seluruh relung hati atau perasaannya. Jadi
tetapkan hati kita terlebih dahulu sebelum kita mengembarakan pikiran kita,
terutama mengenai agama. Karena untuk membicarakan tentang agama, pikiran kita
harus dibatasi dan batas itu adalah hati atau perasaan. Ketika seseorang
melewati batas dalam berfikir maka seseorang tersebut akan cenderung
mempertanyakan keberadan tuhan yang “ghoib” dan bahkan tidak mempercayai tuhan.
Karena manusia tidak sempurna, maka manusia tidak bisa melihat hal-hal yang
bersifat “ghoib”. Untuk mempercayai hal-hal yang bersifat “ghoib”, perasaan dan
logika manusia harus berjalan secara beriringan. Manusia memang hidup dalam
ketidaksempurnaan, akan tetapi ketidaksempurnaan itulah yang menjadikan manusia
itu sempurna. Karena yang sempurna hanyalah Sang Pencipta, dan Sang Pencipta
sudah menciptakan manusia dalam wujud yang terbaik untuk membaca kebermanfaatan
bagi orang lain. Oleh karena itu, kita harus lebih bersyukur atas segala
sesuatu yang diterimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar