Minggu, 27 Maret 2016

Refleksi 4

EKSTENSI DAN INTENSI

Pada tanggal 21 Maret 2016 Mata Kuliah Matematika Prof Marsigit mengatakan bahwa struktur lengkap dari filsafat itu ada yang namanya Ekstensi dan Intensi. Ekstensi itu banyak macamnya, salah satunya diekstensikan dalam ruang dan waktu. Ekstensi dalam bidang waktu ialah timeline atau sesuai dengan sejarahnya. Pada setiap titik dalam sejarah itu kita ektensikan dalam ruangnya, ruang itu keanekaragman dan dimensinya. Sedangkan intensinya, pada sebuah titik jika diintensikan maka ketemu kedalamannya. Ekstensi dan intensi yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuai dengan pemikiran para filsuf, matematikawan serta para ilmuwan. Hal ini bertujuan agar kerja kita valid dan akuntabel, karena pemikiran kita berdasarkan dengan pemikiran para filsuf yang memang sudah bergerak di bidang mereka. Jika kita menggunakan pemikiran sendiri, tanpa berpedoman pada pemikiran para filsuf maka itu akan menjadi “sesat” karena pemikiran kita belum terlalu mendalam di bidang ini.
Dalam sebuah ilmu pengetahuan, kita akan mempelajari suatu hal yang paling dasar dan mendalam secara unsur ontologisnya, jadi tidak ada yang lebih dalam darinya dari yang ada dan mungkin ada. Selama yang “ada” dan “mungkin ada” ini menyangkut pikiran kita, maka tidak ada yang lebih dalam lagi. Kalau menyangkut hati dan spiritual kita ada yang lebih dalam lagi yaitu kuasa tuhan. Bagaimana caranya mengambil unsur ontologis dari sebuah ilmu pengetahuan? Ibarat sebuah pohon jika kita akan membahas tentang bunga, tapi kita mulai membahas bunga terlebih dahulu maka akan sulit untuk membahas sampai ke akarnyaTapi sebaliknya, jika kita mulai mengambil akarnya maka kita akan dengan mudah untuk mengambil bunganya. Hal ini dikarenakan sari-sari makanan itu mengalir dari akar menuju ke bunga.
Kalau kita ibaratkan bahwa matematika itu adalah dahan, dalam filsafat matematika diartikan sebagai ilmu bidang. Ilmu bidang itu batasnya adalah Auguste Comte, ilmu bidang awalnya lahir oleh pemikiran dari Auguste Comte ini. Matematika, kimia, biologi, dan segala macam ilmu geo seperti geologi, geografi, dan lain-lain sejak masa Auguste Comte ini sangat berkembang pesat karena semangatnya yang ingin membangun dunia. Matematika murni juga merupakan ilmu bidang, sehingga akan lebih baik jika kita mengambil sebelum ilmu bidang yaitu filsafatnnya daripada satuan ontologisnya yang akan anda transformasikan dan harus bisa diekstensikan ke ruang dan waktu serta akan mengalir ke pembelajaran dalam matematika.
Dalam ilmu sosial dan statistik itu kita ambil unsur satuannya, kalau dalam ilmu statistik yaitu satuan data, ilmu biologi satuannya adalah genetika, ilmu fisika satuannya adalah atomnya, sedangkan dalam ilmu filsafat itu satuannya adalah unsur dasarnya. Ciri-ciri unsur dasar itu diambil dari istilahnya, istilah tersebut harus singular. Contohnya, “Marsigit itu singular, tapi kalau kita mau mencari lebih dalam lagi kita bisa membagi marsigit itu dibagi menjadi 2 yaitu mar dan sigit, mar itu bisa berarti tersamar dan sigit bisa berarti bagus, tersamar itu ilmu pengetahuan sedangkan bagus itu bisa diartikan arjuna, sehingga arti dari kata “Marsigit” itu adalah arjuna yang sedang mencari ilmu pengetahuan. Pengelompokkan atau pemecahan tersebut akan berbeda sesuai dengan pemikiran orang yang memikirnya dan teknolgi yang digunakannya, bisa saja “Marsigit” dibagi menjadi tiga yaitu “Mar”, “Si”, dan “Git”. Pemecahan tersebut itu menggunakan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan itu ada yang tradisional (klasik) dan modern.
Pengecekan unsur ontologis yaitu sejauh mana mengalirnya ekstensi ke timeline, dituntunnya pemikiran dari para filosof, kedalamannya, epistemologinya seperti apa, etik dan estetikanya. Apa yang akan kita pikirkan dan tulis harus berpedoman pada pemikiran para filsuf, jangan menggunakan hipotetical analysis. Hipotetical analysis bagi orang yang belum berpengalama merupakan ilmu yang tidak valid (asal-asalan) jadi tidak diperbolehkan. Beda dengan hipotetical analysis yang dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman, hipotetical analysis mereka hanya secara eksplisit karena sudah di bidang mereka.
Kalau kita teliti menggunakan ilmu pengetahuan apa yang kita lakukan merupakan simulasi dari kehidupan kita sehari-hari dari yang “ada dan yang mungkin ada. Semua apa yang kita pikirkan dan kita alami dalam kehidupan sehari-hari kita, dapat kita jadikan sebagai unsur ontologisnya. Lalu unsur tersebut harus dikaitkan dengan timeline dan pemikiran oleh para filsuf termasuk dalam pembelajaran matematika. Contohnya cinta, cinta itu sudah ada sejak zaman nabi adam. Tergantung bagaimana kita memaknai cinta tersebut lalu kita transformasikannya. Bisa dari kata benda atau kata sifatnya. Timelinenya berdasarkan pemikiran para filsuf, dimulai dari zaman yunani kemudian kita arahkan ke filsafat secara komprehensif, komprehensif disini yang dimaksudkan adalah pikirian di dalam pikiran dan pikiran di luar pikiran, siapa yang mengatakan dan bagaimana orang tersebut mengatakannya harus jelas. Timelinenya harus mengalir dan terus mengalir menembus ruang dan waktu. Menembus ruang dan waktunya itu dimulai dari zaman kegelapan yang didominasi oleh gereja. Lalu masuk ke zaman pencerahan yaitu Descartes dan David Huke lalu masuk ke zaman modern dan sampai ke zaman Auguste Comte.
Supaya jelas, kita buat bagannya sehingga apa yang kita sampaikan dapat mengalir. Kalau dalam bahasa jawa itu dinamakan Cokro Manggilingan. Cokro itu berputar dan manggilingan itu menggelinding, menggelinding itu karena bundar. Itulah kodrat manusia yaitu meniru sifat bumi mengelilingi matahari, jadi ini merupakan simulasi hidup kita. Apapun persoalan kalau sudah dibiasakan akan mengalir, maka kita akan mensyukuri apa yang ada saat ini. Cokro Manggilingan menginteraksikan itu dalam filsafatnya dinamakan Hermenitika. Maka ontologis dari belajar adalah hermenitika, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materinya, interaksi antara buku dengan materinya, interaksi antara siswa dengan matematika, serta interaksi antara ada dan mungkin ada di dalam pembelajaran matematika. Dalam ajaran islam dinamakan silaturahim karena dengan silaturahim akan menambah ilmu, menambah pengalaman, menambahkan persaudaraan, dan mendapatkan pahala.

Setelah membahas tentang ektensi dan intensi unsur ontologis suatu ilmu pengetahuan, dan berakhir pada pembahasan tentang bagaimana kita menuliskan suatu alur untuk unsur dari ilmu pengetahuan supaya jelas dan mudah dipahami akan didapati tentang sesuatu itu harus mengalir apa adanya dan dengan mengalirnya suatu hal tersebut kita harus mensyukurinya. Saya menjadi tertarik dengan kalimat “segala sesuatu harus mengalir apa adanya dan harus kita syukuri”. Saya sangat setuju dengan kalimat tersebut, karena dengan kita mensyukuri apa saja yang kita peroleh makan akan menjadikan kita menjadi manusia yang sempurna, manusia yang sesungguhnya, dan manusia yang akan memanusiakan manusia. Tapi sebelum kita mensyukuri segala hal, kita harus mengerti jati diri kita sendiri, kita harus mengenal diri kita baik-baik. Karena dengan kita mengenal diri kita sendiri maka kita akan dengan mudah mengenal orang lain dan bahkan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Dengan begitu kita juga akan semakin mensyukuri atas semua yang telah Tuhan ciptakan dan berikan kepada kita sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar