Minggu, 20 Maret 2016

Refleksi 2

Wadah Dan Isi
(Kepala dan Otak)

Pada perkuliahan hari Senin, 7 maret 2016 mata kuliah matematika model. Prof. Marsigit menyatakan tentang wadah dan isi sebagai struktur dari yang ada (unsur primitif). Unsur primitif merupakan unsur terkecil dari suatu hal, sehingga kita tidak bisa mendefinisikannya lagi. Dan kita mentok pada definisi tersebut. Contohnya kata “adalah”, kita tidak bisa mendefinisikan adalah itu apa. Karena “adalah” merupakan unsur terkecil atau primitif yang tidak bisa kita jabarkan lebih lanjut lagi. Kita dapat mengatakan “sesuatu hal” merupakan unsur primitif harus punya landasannya, jika kita tidak mempunyai landasan yang tepat maka akan menjadi rancu dan kacau. Contoh pada kehidupan sehari-hari, orang yang beragama pasti landasannya kitab suci, jika mereka tidak mempunyai landasan yang mereka percayai maka mereka akan terombang-ambing dalam menjalani kehidupan. Akan tetapi pada kasus anak yang masih kecil, mereka belum bisa menetapkan isi hatinya dalam melakukan sesuatu, sehingga mereka cenderung hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh orang yang dipercaya olehnya dan bahkan akan bertindak sesuka hatinya tanpa memperdulikan dampak dari kegiatan yang dilakukannya karena anak itu belum mempunyai landasan untuk melakukan sesuatu. Di dalam matematika murni terdapat kaum foundalism dan intuisionism. Kaum foundalism merupakan kaum yang berfikirnya sudah menggunakan landasan, sedangkan kaum intusionism merupakan kaum yang berpikirnya hanya menggunakan intuisi semata tanpa landasan yang jelas. Semua unsur primtif itu merupakan kategori yang “ada” sehingga dia punya struktur dan strukturnya disebut wadah dan isi.
Kalimat “Saya adalah manusia”, saya merupakan predikat dan manusia merupakan subjeknya. Pada kalimat tersebut tersirat kata “saya” sama dengan “manusia”. Maksudnya “sama dengan” disini yaitu untuk menghubungkan antara predikat dan subjeknya. Dari unsur primitif ini akan berkembang menjadi luas. Dalam matematika unsur primitif ini akan berkembang menjadi unsur yang bedefinisi kemudian menjadi sebuah aksioma yang merupakan hubungan antara definisi dalam matematika. Setelah terbentuk aksioma, aksioma-aksioma akan dikembangkan dan digabung sehingga membentuk sebuah teorema. Teorema satu dengan teorema lain harus berhubungan dan tidak boleh kontradiksi satu dengan yang lainnya. Bisa dikatakan bahwa teorema yang ke seratus akan sama dengan teorema yang pertama atau sebelum-sebelumnya, hanya saja teorema tersebut dikembangkan.
Membicarakan struktur dalam kacamata filsafat maka akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan pemikiran manusia yang semakin berkembang pula. Dalam filsafat tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga seseorang bebas berpikir mengenai segala hal. Akan tetapi, harus diingat bahwa dalam berpikir juga harus ada batasannya terutama berpikir yang berhubungan dengan keyakinan terhadap Tuhan (agama). Dalam filsafat, tidak ada yang lebih dalam dan tidak ada yang lebih sederhana kecuali yang ada. Struktur dari yang ada adalah wadah dan isi. Pendapat setiap orang  tentang “ada” itu berbeda beda. Menurut kaum kapitaslis, “ada” merupakan “modal”. Dan kaum yang lainnya mungkin akan berpendapat yang lain tentang “ada”. Secara filsafat, konsep matematika murni hanya ada di dalam pikiran kita saja kalau sudah kita terapkan dalam tulisan maka akan menjadi salah maknanya. Karena konsep matematika tidak dapat dituliskan, dan hanya benar jika ada di dalam pikiran kita saja. Lain halnya dengan matematika sekolah, maka hal tersebut akan dibenarkan.
Karena kuliah yang singkat, tidak banyak yang dapat disampaikan oleh Prof Marsigit. Akan tetapi mengenai wadah dan isi, saya jadi berpikir dan penasaran akan suatu hal. Jikalau saya bisa mengibaratkan kepala sebagai wadah dan otak sebagai isinya. Maka apa yang membedakan otak yang dimilikinya manusia dengan otak yang dimiliki oleh binatang? Ada yang berkata bahwa yang membedakan manusia dan binatang adalah bahwasanya manusia memiliki akal untuk berpikir sedangkan binatang tidak punya. Lalu apa fungsi otak pada binatang, apakah binatang tidak bisa berfikir? Jika binatang tidak berfikir, kenapa binatang bisa membedakan makanan yang mereka bisa makan dan makanan yang tidak bisa mereka makan. Apakah berdasarkan pengalaman mereka ataukah binatang tersebut hanya menggunakan intuisi mereka dalam mencari makanan? Contohnya, kambing, kambing bisa memilih daun yang enak dan daun yang tidak enak, mana yang bisa dimakan dan mana yang tidak. Lalu apa perbedaan antara intuisi dan berpikir?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar