Wadah Dan Isi
(Kepala dan Otak)
Pada
perkuliahan hari Senin, 7 maret 2016 mata kuliah matematika model. Prof.
Marsigit menyatakan tentang wadah dan isi sebagai struktur dari yang ada (unsur
primitif). Unsur primitif merupakan unsur terkecil dari suatu hal, sehingga
kita tidak bisa mendefinisikannya lagi. Dan kita mentok pada definisi tersebut.
Contohnya kata “adalah”, kita tidak bisa mendefinisikan adalah itu apa. Karena
“adalah” merupakan unsur terkecil atau primitif yang tidak bisa kita jabarkan
lebih lanjut lagi. Kita dapat mengatakan “sesuatu hal” merupakan unsur primitif
harus punya landasannya, jika kita tidak mempunyai landasan yang tepat maka
akan menjadi rancu dan kacau. Contoh pada kehidupan sehari-hari, orang yang
beragama pasti landasannya kitab suci, jika mereka tidak mempunyai landasan
yang mereka percayai maka mereka akan terombang-ambing dalam menjalani
kehidupan. Akan tetapi pada kasus anak yang masih kecil, mereka belum bisa
menetapkan isi hatinya dalam melakukan sesuatu, sehingga mereka cenderung hanya
mengikuti apa yang dikatakan oleh orang yang dipercaya olehnya dan bahkan akan
bertindak sesuka hatinya tanpa memperdulikan dampak dari kegiatan yang
dilakukannya karena anak itu belum mempunyai landasan untuk melakukan sesuatu. Di
dalam matematika murni terdapat kaum foundalism dan intuisionism. Kaum
foundalism merupakan kaum yang berfikirnya sudah menggunakan landasan,
sedangkan kaum intusionism merupakan kaum yang berpikirnya hanya menggunakan
intuisi semata tanpa landasan yang jelas. Semua unsur primtif itu merupakan
kategori yang “ada” sehingga dia punya struktur dan strukturnya disebut wadah
dan isi.
Kalimat
“Saya adalah manusia”, saya merupakan predikat dan manusia merupakan subjeknya.
Pada kalimat tersebut tersirat kata “saya” sama dengan “manusia”. Maksudnya
“sama dengan” disini yaitu untuk menghubungkan antara predikat dan subjeknya.
Dari unsur primitif ini akan berkembang menjadi luas. Dalam matematika unsur
primitif ini akan berkembang menjadi unsur yang bedefinisi kemudian menjadi
sebuah aksioma yang merupakan hubungan antara definisi dalam matematika.
Setelah terbentuk aksioma, aksioma-aksioma akan dikembangkan dan digabung
sehingga membentuk sebuah teorema. Teorema satu dengan teorema lain harus
berhubungan dan tidak boleh kontradiksi satu dengan yang lainnya. Bisa
dikatakan bahwa teorema yang ke seratus akan sama dengan teorema yang pertama
atau sebelum-sebelumnya, hanya saja teorema tersebut dikembangkan.
Membicarakan
struktur dalam kacamata filsafat maka akan terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman dan pemikiran manusia yang semakin berkembang pula. Dalam
filsafat tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga seseorang bebas berpikir
mengenai segala hal. Akan tetapi, harus diingat bahwa dalam berpikir juga harus
ada batasannya terutama berpikir yang berhubungan dengan keyakinan terhadap Tuhan
(agama). Dalam filsafat, tidak ada yang lebih dalam dan tidak ada yang lebih
sederhana kecuali yang ada. Struktur dari yang ada adalah wadah dan isi. Pendapat
setiap orang tentang “ada” itu berbeda
beda. Menurut kaum kapitaslis, “ada” merupakan “modal”. Dan kaum yang lainnya
mungkin akan berpendapat yang lain tentang “ada”. Secara filsafat, konsep
matematika murni hanya ada di dalam pikiran kita saja kalau sudah kita terapkan
dalam tulisan maka akan menjadi salah maknanya. Karena konsep matematika tidak
dapat dituliskan, dan hanya benar jika ada di dalam pikiran kita saja. Lain
halnya dengan matematika sekolah, maka hal tersebut akan dibenarkan.
Karena
kuliah yang singkat, tidak banyak yang dapat disampaikan oleh Prof Marsigit.
Akan tetapi mengenai wadah dan isi, saya jadi berpikir dan penasaran akan suatu
hal. Jikalau saya bisa mengibaratkan kepala sebagai wadah dan otak sebagai
isinya. Maka apa yang membedakan otak yang dimilikinya manusia dengan otak yang
dimiliki oleh binatang? Ada yang berkata bahwa yang membedakan manusia dan
binatang adalah bahwasanya manusia memiliki akal untuk berpikir sedangkan
binatang tidak punya. Lalu apa fungsi otak pada binatang, apakah binatang tidak
bisa berfikir? Jika binatang tidak berfikir, kenapa binatang bisa membedakan
makanan yang mereka bisa makan dan makanan yang tidak bisa mereka makan. Apakah
berdasarkan pengalaman mereka ataukah binatang tersebut hanya menggunakan
intuisi mereka dalam mencari makanan? Contohnya, kambing, kambing bisa memilih
daun yang enak dan daun yang tidak enak, mana yang bisa dimakan dan mana yang
tidak. Lalu apa perbedaan antara intuisi dan berpikir?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar